Monday, 21 April 2014

Tips menghadapi anak ‘nakal’ dan ‘bandel’

Kalau saja guru tahu latar belakang masalah perilaku muridnya, maka ia akan merasa iba dan kasihan
Saya pribadi tidak setju dengan judul diatas karena cap atau label nakal mudah sekali diberikan guru jika ia merasa tidak sanggup mengendalikan perilaku siswanya. Siswa yang nakal kebanyakan akan menanggung cap tersebut selama tahun-tahun ia berada di sekolah yang sama. Jika seorang anak mendapat cap nakal di tahun pertama ia bersekolah maka lazimnya cap itu akan melekat terus.
Uniknya ukuran nakal tiap guru berbeda-beda. Bagi seorang guru yang mengajar di sekolah yang berbasiskan agama maka semua anak ‘jalanan’ atau yang hidupnya di jalan akan dikatakan sebagai anak nakal. Tidak heran karena di sekolah tsb segala perkataan anak dijaga dan diperhatikan. Anak tidak boleh berkata kasar dan sebagainya. Sedangkan untuk anak yang hidup di jalan, bahasa sehari-hari mereka memang kata-kata yang menurut kita ‘kasar’ dan tidak pada tempatnya.
Dengan demikian mari sebagai pendidik mulai untuk mengurangi memberi cap negatif. Karena cap negatif sangat relatif dan punya standar dan ukuranberbeda.Hal yang bisa guru lakukan adalah mendekonstruksi kembali cap anak nakal.
Menurut saya tidak ada yang namanya anak nakal, yang ada adalah;
  • anak yang kurang kasih sayang orang tua. Ia berulah negatif di kelas karena ia perlu perhatian. Bagi anak seperti ini, teriakan marah guru seperti ‘belaian’ dikupingnya karena dirumah ia bahkan jarang ada yang memperhatikan
  • anak yang terkena bully dari saudara atau teman sepermainannya. Tipe anak seperti ini akan melakukan hal yang sama pada anak lainnya karena ia adalah ‘korban’ dan berusaha untuk membalas dendam
  • anak yang kedua orang tuanya mengalami masalah perkawinan. Baginya kehidupan sudah tidak nyaman lagi. Kedua orang tua yang seharusnya melindungi sedang berkonflik hal ini yang menjadikannya tidak fokus saat di kelas dan menjadikannya biang onar di kelas.
Daftar diatas bisa bertambah lagi dengan sederet hal lain yang bisa dipandang sebagai penyebab dari ‘kenakalan seorang’ anak.
Jika di kelas anda ada anak yang berkategori nakal ini saran saya;
  • stop ucapkan atau hentikan cap nakal pada anak tersebut. Katakan “saya pikir yang orang lain katakan tentang kamu itu tidak benar, menurut saya kamu lebih baik dari yang orang bilang” dengan demikian anak tersebut merasa ada orang yang masih percaya padanya.
  • cari terus info lengkap mengenai tara belakang keluarga atau info apapun demi membuat anda jadi lebih pengertian dan sabar dalam menghadapi perilakunya
  • tetap bersabar dan berdoa untuk anak tersebut. Ucapkan nama anak tersebut dalam doa ketika anda selesai beribadah, maka saat menghadapi ulahnya saya yakin guru akan dikaruniai kesabaran.
  • Beri ia kepercayaan. Mulai dari yang kecil, biarkan ia membawakan barang-barang anda ke ruang guru sampai jadikan ia pemimpin dalam suatu kesempatan di kelas.
  • Tangkap basah saat ia berbuat baik, puji ia saat itu juga, atau dengan tulisan dengan secarik kertas.
  • Saat menegur katakan “minggu ini kamu sudah banyak kemajuan, kenapa sekarang kok berulah yang negatif lagi?’
  • Katakan “saya bangga kamu bisa berubah’ bukan “saya senang kamu bisa berubah’. Jika anda katakan senang maka ia akan berubah demi menyenangkan anda sebagai gurunya. Sementara perasaan bangga dari guru murni terjadi karena guru bangga akan sikap yang muridnya perbuat.
  • Katakan “saya percaya kamu pasti bisa memilih hal yang paling baik untuk diri mu sendiri dan bisa berubah’.
Menghentikan sikap anak yang negatif hanya bisa dimulai dengan strategi dengan menggunakan pendekatan hati.
Jika setahun bersama anda ia belum juga berubah percayalah di tahun berikutnya ia akan berubah, jika belum berubah juga percayalah bahwa ia akan ingat ada satu guru yaitu anda yang selalu percaya padanya.

No comments: