( Myristica Fragan Haitt )
1. SEJARAH SINGKAT
Pala (Myristica Fragan Haitt) merupakan tanaman buah berupa
pohon tinggi asli Indonesia, karena tanaman ini berasal dari Banda dan Maluku.
Tanaman pala menyebar ke Pulau Jawa, pada saat perjalanan Marcopollo ke
Tiongkok yang melewati pulau Jawa pada tahun 1271 sampai 1295 pembudidayaan
tanaman pala terus meluas sampai Sumatera.
2. JENIS TANAMAN
Tanaman pala memiliki beberapa jenis, antara lain:
Myristica fragrans Houtt,
Myristica argentea Ware,
Myristica fattua Houtt,
Myristica specioga Ware,
Myristica Sucedona BL,
Myristica malabarica Lam.
Jenis pala yang banyak diusahakan adalah terutama Myristica
fragrans, sebab jenis pala ini mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi daripada
jenis lainnya. Disusul jenis Myristica argentea dan Myristica fattua. Jenis
Myristica specioga, Myristica sucedona, dan Myristica malabarica produksinya
rendah sehingga nilai ekonomisnya pun rendah pula.
3. MANFAAT TANAMAN
Selain sebagai rempah-rempah, pala juga berfungsi sebagai
tanaman penghasil minyak atsiri yang banyak digunakan dalam industri
pengalengan, minuman dan kosmetik.
Kulit batang dan daun : Batang/kayu pohon pala yang disebut
dengan “kino” hanya dimanfaatkan sebagai kayu bakar. Kulit batang dan daun
tanaman pala menghasilkan minyak atsiri
Fuli : Fuli adalah benda untuk menyelimuti biji buah pala
yang berbentuk seperti anyaman pala, disebut “bunga pala”. Bunga pala ini dalam
bentuk kering banyak dijual didalam negeri.
Biji pala : Biji pala tidak pernah dimanfaatkan oleh
orang-orang pribumi sebagai rempah-rempah. Buah pala sesungguhnya dapat
meringankan semua rasa sakit dan rasa nyeri yang disebabkan oleh kedinginan dan
masuk angin dalam lambung dan usus. Biji pala sangat baik untuk obat pencernaan
yang terganggu, obat muntah-muntah dan lain-lainya.
Daging buah pala : Daging buah pala sangat baik dan sangat
digemari oleh masyarakat jika telah diproses menjadi makanan ringan, misalnya:
asinan pala, manisan pala, marmelade, selai pala, kKristal daging buah pala.
4. SENTRA PENANAMAN
Jika dilihat data pada tahun 1971 lalu, luas tanaman pala di
Indonesia sekitar 22.809 hektar dengan daerah penyebaran yang terpusat di
Sulawesi, Irian Jaya. Aceh dan Maluku.
5. SYARAT TUMBUH
5.1. Iklim
Tanaman pala juga membutuhkan iklim yang panas dengan curah
hujan yang tinggi dan agak merata/tidak banyak berubah sepanjang tahun.
Suhu udara lingkungan 20-30 derajat C sedangkan, curah hujan
terbagi secara teratur sepanjang tahun. Tanaman pala tergolong jenis tanaman
yang tahan terhadap musim kering selama beberapa bulan.
5.2. Media Tanam
Tanaman ini membutuhkan tanah yang gembur, subur dan sangat
cocok pada tanah vulkasnis yang mempunyai pembuangan air yang baik. Tanaman
pala tumbuh baik di tanah yang bertekstur pasir sampai lempung dengan kandungan
bahan organis yang tinggi.
Sedangkan pH tanah yang cocok untuk tanaman pala adalah 5,5
– 6,5. Tanaman ini peka terhadap gangguan air, maka untuk tanaman ini harus
memiliki saluran drainase yang baik.
Pada tanah-tanah yang miring seperti pada lereng pegunungan,
agar tanah tidak mengalami erosi sehingga tingkat kesuburannya berkurang, maka
perlu dibuat teras-teras melintang lereng.
5.3. Ketinggian Tempat
Tanaman pala dapat tumbuh baik di daerah yang mempunyai
ketinggian 500-700 m dpl. Sedangkan pada ketinggian di atas 700 m,
produksitivitas tanaman akan rendah.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Perbanyakan Cara Generatif (Biji)
a) Pemilihan Biji
Perbanyakan dengan biji dapat dilakukan dengan
mengecambahkan biji. Dalam hal ini biji yang digunakan berasal dari:
Biji sapuan: biji yang dikumpulkan begitu saja tanpa
diketahui secara jelas dan pasti mengenai pohon induknya.
Biji terpilih: biji yang asalnya atau pohon induknya
diketahui dengan jelas. Dalam hal ini ada 3 macam biji terpilih, yaitu:
biji legitiem, yaitu biji yang diketahui dengan jelas pohon
induknya (asal putiknya jelas diketahui);
biji illegitiem, yaitu biji yang berasal dari tumpang sari
tidak diketahui, tetapi asal putiknya jelas diketahui;
biji Propellegitiem, yaitu biji yang terjadi hasil
persilangan dalam satu kebun yang terdiri dua klon atau lebih.
Biji-biji yang akan digunakan sebagai benih harus berasal
dari buah pala yang benar-benar masak. Buah pala bijinya akan digunakan sebagai
benih hendaknya berasal dari pohon pala yang mempunyai sifat-sifat:
pohon dewasa yang tumbuhnya sehat;
mampu berproduksi tinggi dan kwalitasnya baik.
Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Perkebunan
Nomor: KB. 010/42/SK/ DJ. BUN/9/1984, telah ditetapkan dan dipilih pohon induk
yang dapat dipergunakan sebagai sumber benih yang tersebar di 4 propinsi,
yaitu: Sumatera Barat, Jawa Barat, Sulawesi Utara dan Maluku. Biji-biji dari
pohon induk terpilih yang akan digunakan sebagai benih harus diseleksi, yaitu
dipilih biji-biji yang ukurannya besar dengan bobot minimum 50 gram/biji,
berbentuk agak bulat dan simetris, kulit biji berwarna coklat kehitam-hitaman
dan mengkilat, tidak terserang oleh hama dan penyakit. Buah pala yang dipetik
dari pohon dan akan dijadikan benih harus segera diambil bijinya, paling lambat
dalam waktu 24 jam biji-biji tersebut harus sudah disemaikan. Hal ini
disebabkan oleh sifat biji pala yang daya berkecambahnya dapat cepat menurun.
b) Penyemaian
Tanah tempat penyemaian harus dekat sumber air untuk lebih
memudahkan melakukan penyiraman pesemaian. Tanah yang akan dipakai untuk
penyemaian harus dipilih tanah yang subur dan gembur. Tanah diolah dengan
cangkul dengan kedalaman olakan sekitar 20 cm dan dibuat bedengan dengan ukuran
lebar sekitar 1,5 cm dan panjangnya 5-10 cm, tergantung biji pala yang akan
disemaikan. Bedengan dibuat membujur Utara-Selatan. Kemudian tanah yang sudah
diolah tersebut dicampuri dengan pupuk kandang yang sudah jadi (sudah tidak
mengalami fermentasi) secara merata secukupnya supaya tanah bedengan tersebut
menjadi gembur. Sekeliling bedengan dibuka selokan kecil yang berfungsi sebagai
saluran drainase.
Bedengan diberi peneduh dari anyaman daun kelapa/jerami
dengan ukuran tinggi sebelah Timur 2 m dan sebelah Barat 1 m. maksud pemberian
peneduh ini adalah agar pesemaian hanya terkena sinar matahari pada pagi sampai
menjelang siang hari dan pada siang hari yang panas terik itu persemaian itu
terlindungi oleh peneduh.
Tanah bedengan disiram air sedikit demi sedikit sehingga
kebasahannya merata dan tidak sampai terjadi genangan air pada bedengan.
Kemudian biji-biji pala disemaikan dengan membenamkan biji pala sampai sedalam
sekiat 1 cm di bawah permukaan tanah bedengan. Jarak persemaian antar-biji adalah
15X15 cm. Posisi dalam membenamkan biji/benih harus rapat, yakni garis putih
pada kulit biji terletak di bawah. Pemeliharaan pesemaian terutama adalah
menjaga tanah bedengan tetap dalam keadaan basah (disiram dengan air) dan
menjaga agar tanah bedengan tetap bersih dari gulma).
Setelah biji berkecambah yaitu sudah tumbuh bakal batangnya.
Maka bibit pada pesemaian tersebut dapat dipindahkan ke kantong polybag yang
berisi media tumbuh berupa tanah gembur yang subur dicampur dengan pupuk
kandang. Pemindahan bibit dari pesemaian ke kantong polybag harus dilakukan
secara hati-hati agar perakarannya tidak rusak.
Polybag yang sudah berisi bibit tanaman harus diletakkan
pada tempat yang terlindung dari sinar matahari/diletakkan berderet-deret dan
diatasnya diberi atap pelindung berupa anyaman daun kelapa/jerami.
Pemeliharaan dalam polybag terutama adalah menjaga agar
media tumbuhnya tetap bersih dari gulma dan menjaga media tumbuh dalam keadaan
tetap basah namun tidak tergantung air. Agar tidak tergenang air, bagian
bawahnya dari polybag harus diberi lubang untuk jalan keluar air siraman/air
hujan.
Bibit-bibit tersebut dapat dilakukan pemupukan ringan, yakni
dengan pupuk TSP dan urea masing-masing sektar 1 gram tiap pemupukan. Pupuk
ditaruh di atas permukaan media tumbuh kemudian langsung disiram. Pemupukan
dilakukan 2 kali dalam setahun, yakni pada awal musim hujan dan pada akhir
musim hujan. Setelah bibit tanaman mempunyai 3–5 batang cabang, maka bibit ini
dapat dipindahkan/ditanam di lapangan.
2) Perbanyakan Cara Cangkok (Marcoteren)
Perbanyakan tanaman pala dengan cara mencangkok bertujuan
untuk mendapatkan tanaman yang mempunyai sifat-sifat asli induknya (pohon yang
dicangkok). Hal yang diperhatikan dalam memilih batang/cabangyang akan
dicangkok adalah dari pohon yang tumbuhnya sehat dan mampu memproduksi buah
cukup banyak, pohon yang sudah berumur 12–15 tahun. Batang/cabang yang sudah
berkayu, tetapi tidak terlalu tua/terlalu muda.
Cara mencangkok (marcotern):
Batang/cabang dikelupas kulitnya dengan pisau tajam secara
melingkar sepanjang 3–4 cm. Posisi cangkokan sekitar 25 cm dari pangkal
batang/cabang. Lendir/kambium yang melapisi kayu dihilangkan dengan cara
disisrik kambiumnya, batang yang akan dicangkok tersebut dibiarkan selama beberapa
jam sampai kayunya yang tampak itu kering benar.
Ambillah tanah yang gembur dan sudah dicampuri dengan pupuk
kandang dalam keadaan basah dan menggumpal. Kemudian tanah tersebut
ditempelkan/dibalutkan pada bagian batang yang telah dikuliti berbentuk
gundukan tanah. Gundukan tanah tersebut kemudian dibalut dengan sabut
kelapa/plastik. Agar tanah dapat melekat erat pada batang yang sudah dikuliti,
maka sabut kelapa/plastik pembalut itu diikat dengan tali
secara kuat pada bagian bawa, bagian tengah dan bagian atas. Bila menggunakan
pembalut dari palstik, maka bagian atas dan bagian bawah harus diberi lubang
kecil untuk memasukkan air siraman (lubang bagian atas) dan sebagai saluran
drainase (lubang bagian bawah). Bila pencangkokkan ini berhasil dengan baik,
maka setelah 2 bulan akan tumbuh perakarannya. Jika perakaran cangkokkan itu
sudah siap untuk dipotong dan
dipindahkan keranjang atau ditanam langsung di lapangan.
3) Perbanyakan Cara Peyambungan (Enten Dan Okulasi)
Sistem penyambungan ini adalah menempatkan bagian tanaman
yang dipilih pada bagian tanaman lain sebagai induknya sehingga membentuk satu
tanaman bersama. Sistem penyambungan ini ada dua cara, yakni:
Penyambungan Pucuk (entern, grafting) : Penyambungan pucuk
ini ada tiga macam yaitu :
Enten celah (batang atas dan batang bawah sama besar)
Enten pangkas atau kopulasi
Enten sisi (segi tiga)
Penyambungan mata (okulasi) : Penyambungan mata ada tiga
macam yaitu :
Okulasi biasa (segi empat)
Okulasi “T”
Forkert
Setelah 3-4 bulan sejak penyambungan dengan sistem enten
atau okulasi itu dilakukan dan jika telah menunjukkan adanya pertumbuhan batang
atas (pada penyambungan enten) dan mata tunas (pada penyambungan okulasi),
tanaman sudah dapat ditanam di lapangan.
4) Perbanyakan Cara Penyusuan (Inarching Atau Approach
Grafting).
Dalam sistem penyusuan ini, ukuran batang bawah dan batang
atas harus sama besar (kurang lebih besar jari tangan orang dewasa). Cara
melakukannya adalah sebagai berikut:
Pilihlah calon bawah dan batang atas yang mempunyai ukuran
sama.
Lakukanlah penyayatan pada batang atas dan batang bawah
dengan bentuk dan ukuran sampai terkena bagian dari kayu.
Tempelkan batang bawah tersebut pada batang atas tepat pada
bekas sayatan tadi dan ikatlah pada batang atas tepat pada bekas sayatan dan ikat
dengan kuat tali rafia.
Setelah beberapa waktu, kedua batang tersebut akan tumbuh
bersama-sama seolah-olah batang bawah menyusu pada batang atas sebagai
induknya. Dalam waktu 4–6 minggu, penyusuan ini sudah dapat dilihat hasilnya.
Jika batang atas daun-daunnya tidak layu, maka penyusuan itu dapat dipastikan
berhasil. Setelah 4 bulan, batang bagian bawah dan bagian atas sudah tidak
diperlukan lagi dan boleh dipotong serta dibiarkan tumbuh secara sempurna. Jika
telah tumbuh sempurna, maka bibit dari hasil penyusuan tersebut sudah dapat
ditanam di lapangan.
5) Perbanyakan Cara Stek
Tanaman pala dapat diperbanyak dengan stek tua dan muda yang
dengan 0,5% larutan hormaon IBA. Penyetekan menggunakan hormon IBA 0,5%,
biasanya pada umur 4 bulan setelah dilakukan penyetekan sudah keluar
akar-akarnya. Kemudian tiga bulan berikutnya sudah tumbuh perakaran yang cukup
banyak. Percobaan lain adalah dengan menggunakan IBA 0,6% dalam bentuk kapur.
Penyetekan dengan menggunakan IBA 0,6%, biasanya setelah 8 minggu sudah terbentuk
kalus di bagian bawah stek. Kemudian jika diperlukan untuk kedua kalinya dengan
larutan IBA 0,5%, maka setelah 9 bulan kemudian sudah tampak perakaran.
6.2. Pengolahan Media Tanam
Kebun untuk tanaman pala perlu disiapkan sebaik-baiknya, di
atas lahan masih terdapat semak belukar harus dihilangkan. Kemudian tanah
diolah agar menjadi gembur sehingga aerasi (peredaran udara dalam tanah)
berjalan dengan baik. Pengolahan tanah sebaiknya dilakukan pada musim kemarau
supaya proses penggemburan tanah itu dapat lebih efektif. Pengolahan tanah pada
kondisi lahan yang miring harus dilakukan menurut arah melintang lereng.
Pengolahan tanah dengan cara ini akan membentuk alur yang dapat mencegah aliran
permukaan tanah/menghindari erosi. Pada tanah yang kemiringan 20% perlu dibuat
teras-teras dengan ukuran lebar sekitar 2 m, dapat pula dibuat teras tersusun
dengan penanaman sistem kountur, yaitu dapat membentuk teras guludan, teras
kredit/teras bangku.
6.3. Teknik Penanaman
Penanaman bibit dilakukan pada awal musim hujan. Hal ini
untuk mencegah agar bibit tanaman tidak mati karena kekeringan, bibit tanaman
yang berasal dari biji dan sudah mempunyai 3–5 batang cabang biasanya sudah
mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan sehingga pertumbuhannya dapat baik.
Penanaman yang berasal dari biji dilakukan dengan cara sebagai berikut: polybag
(kantong pelastik) di lepaskan terlebih dahulu, bibit dimasukkan kedalam lubang
tanam dan permukaan tanah pada lubang tanam tersebut dibuat sedikit dibawah
permukaan lahan kebun. Setelah bibit-bibit tersebut ditanam, kemudian lubang
tanam tersebut disiram dengan air supaya media tumbuh dalam lubang menjadi
basah.
Bila bibit pala yang berasal dari cangkok, maka sebelum
ditanam daun-daunnya harus dikurangi terlebih dahulu untuk mencegah penguapan
yang cepat. Lubang tanam untuk bibit pala yang berasal dari cangkang perlu
dibuat lebih dalam. Hal ini dimaksudkan agar setelah dewasa tanaman tersebut
tidak roboh karena sistem akaran dari bibit cangkokan tidak memiliki akar
tunggang. Setelah bibit di tanam, lubang tanam harus segera disiram supaya
media tumbuhan menjadi basah. Penanaman bibit pala yang berasal dari enten dan
okulasi dapat dilakukan seperti menanam bibit-bibit pala yang berasal dari
biji. Lubang tanaman perlu dipersiapkan satu bulan sebelum bibit ditanam. Hal
ini bertujuan agar tanah dalam lubangan menjadi dayung (tidak asam), terutama
jika pembuatannya pada musim hujan, lubang tanam dibuat dengan ukuran 60 x 60 x
60 cm untuk jenis tanah ringan dan ukuran 80x80x80 cm untuk jenis tanah liat.
Dalam menggali lubang tanam, lapisan tanah bagian atas harus dipisahkan dengan
lapisan tanah bagian bawah, sebab kedua lapisan tanah ini mengandung unsur yang
berbeda. Setelah beberapa waktu, tanah galian bagian bawah di masukkan lebih dahulu,
kemudian menyusul tanah galian bagian atas yang telah dicampur dengan pupuk
kandang secukupnya. Jarak tanam yang baik untuk tanaman pala adalah: pada lahan
datar adalah 9x10 m. Sedangkan pada lahan bergelombang adalah 9x9 m.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
Untuk mencegah kerusakan atau bahkan kematian tanaman, maka
perlu di usahakan tanaman pelindung yang pertumbuhannya cepat, misalnya tanaman
jenis Clerisidae atau jauh sebelumnya bibit pala di tanam, lahan terlebih
dahulu di tanami jenis tanaman buah-buahan/tanaman kelapa.
Penyulaman harus dilakukan dilakukan jika bibit tanaman pala
itu mati/pertumbuhannya kurang baik.
Pada akhir musim hujan, setelah pemupukan sebaiknya segera
dilakukan penyiraman agar pupuk dapat segera larut dan diserap akar. Pada waktu
tanaman masih muda, pemupukan dapat dilakukan dengan pupuk organik (pupuk
kandang) dan pupuk anorganik ( pupuk kimia sama dengan pupuk buatan) yaitu
berupa TSP, Urea dan KCl. Namun jika tanaman sudah dewasa/sudah tua, pemupukan
yang dan lebih efektif adalah pupuk anorganik. Pemupukan dilakukan dua kali
dalam setahun, yaitu pada awal musim hujan dan pada akhir musim hujan.
Sebelum pemupukan dilakukan, hendaknya dibuat parit sedalam
10 cm dan lebar 20 cm secara melingkar di sekitar batang pokok tanaman selebar
kanopi (tajuk pohon), kemudian pupuk TSP, Urea dan KCl ditabur dalam parit
tersebut secara merata dan segera ditimbun tanah dengan rapat. Jika pemupukan
di lakukan pada awal musim hujan, setelah dilakuakan pada akhir musim hujan,
maka untuk membantu pelarutan pupuk dapat dilakukan penyiraman, tetapi jika
kondisinya masih banyak turun hujan tidak perlu dilakukan penyiraman.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
Penggerek batang (Batocera sp)
Tanaman pala yang terserang oleh hama ini dalam waktu
tertentu dapat mengalami kematian.
Gejala: terdapat lubang gerekan pada batang diameter 0,5–1
cm, di mana didapat serbuk kayu.
Pengendalian:
menutup lubang gerekan dengan kayu/membuat lekukan pada
lubang gerekan dan membunuh hamanya.
memasukkan/menginjeksikan (menginfuskan) racun serangga
seperti Dimicron 199 EC dan Tamaran 50 EC sistemik ke dalam batang pohon pala
menggunakan alat bor, dosis yang dimasukkan sebanyak 15–20 cc dan lubang
tersebut segera ditutup kembali.
Anai-Anai / Rayap
Hama anai-anai mulai menyerang dari akar tanaman, masuk ke
pangkal batang dan akhirnya sampai ke dalam batang.
Gejala: terjadinya bercak hitam pada permukaan batang, jika
bercak hitam itu dikupas, maka sarang dan saluran yang
dibuat oleh anai-anai (rayap) akan kelihatan.
Pengendalian: menyemprotkan larutan insektisida pada tanah
di sekitar batang tanaman yang diserang, insektisida disemprotkan pada bercak
hitam supaya dapat merembes kedalam sarang dan saluran-saluran yang dibuat oleh
anai-anai tersebut.
Kumbang Aeroceum fariculatus
Hama kumbang berukuran kecil dan sering menyerang biji pala.
Imagonnya menggerek biji dan meletakkan telur di dalamnya. Di dalam biji
tersebut, telur akan menetas dan menjadi larva yang dapat menggerek biji pala
secara keseluruhan. Pengendalian: mengeringkan secepatnya biji pala setelah
diambil dari buahnya.
7.2. Penyakit
Kanker batang
Gejala: terjadinya pembengkakan batang, cabang atau ranting
tanaman yang diserang.
Pengendalian: membersihkan kebun dari semak belukar,
memangkas bagian yang terserang dan dibakar.
Belah putih
Penyebab: cendawan coreneum sp. yang dapat menyebabkan buah
terbelah dan gugur sebelum tua.
Gejala: terdapat bercak-bercak kecil berwarna ungu
kecoklat-coklatan pada bagian kuliat buah. Bercak-bercak tersebut membesar dan
berwarna hitam.
Pengendalian:
membuat saluran pembuangan air (drainase) yang baik;
pengasapan dengan belerang di bawah pohon dengan dosis 100
gram/tanaman.
Rumah Laba-Laba
Menyerang cabang, ranting dan daun.
Gejala: daun mengering dan kemudian diikuti mengeringnya
ranting dan cabang.
Pengendalian: memangkas cabang, ranting dan daun yang
terserang, kemudian dibakar.
Busuk buah kering
Penyebab: jamur Stignina myristicae.
Gejala: berupa bercak berwarna coklat, bentuk bulat dan
cekung dengan ukuran bercak bervariasi, yakni dari yang
berukuran sangat kecil sampai sekitar 3 cm; pada kulit buah
tampak gugusan-gugusan jamur berwarna hijau kehitam-hitaman dan akhirnya
bercak-bercak tersebut terjadi kering dan keras.
Pengendalian:
kondisi kelembaban di sekitar pohon pala perlu dikurangi,
misalnya dengan mengurang kerimbunan pohon-pohon
lain di sekitar pala dengan memangkas sebagian
cabang-cabangnya yang berdaun rimbun, kemudian tanah di sekitar pohon
dibersihkan, tidak terdapat gulma atau tanaman-tanaman perdu lainnya;
buah pala dan daun yang terserang penyakit ini segera
dipetik dan dipendam dalam tanah;
dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida secara yang
rutin, yakni 2–4 minggu sekali, baik pada saat ada serangan maupun tidak ada
serangan dari penyakit ini, fungsida yang dapat digunakan adalah yang
mengandung bahan aktif mancozeb, karbendazim dan benomi.
Busuk buah basah
Penyebab: jamur Collectotrichum gloeosporiodes, yang
menyerang atau menginfeksi buah yang luka.
Gejala: buah pala tampak busuk warna coklat yang sifatnya
lunak dan basah; gejala ini timbul pada sekitar tangkai buah yang melekat pada
buah sehingga buah mudah gugur.
Pengendalian: dengan busuk buah kering.
Gugur buah muda
Gejala: adanya buah muda yang gugur.
Penyebab: penyakit ini belum diketahui dengan jelas.
Pengendalian: dengan mengkombinasikan (memadukan) antara
pemupukan dan pemberian fungisida.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Umumnya pohon pala mulai berbuah pada umur 7 tahun dan pada umur
10 tahun telah berproduksi secara menguntungkan. Produksi pada akan terus
meningkat dan pada umur 25 tahun mencapai produksi tertinggi. Pohon pala terus
berproduksi sampai umur 60–70 tahun. Buah pala dapat dipetik (dipanen) setelah
cukup masak (tua), yakni yaitu sekitar 6–7 bulan sejak mulai bunga dengan
tanda-tanda buah pala yang sudah masak adalah jika sebagian dari buah tersebut
tersebut murai merekah (membelah) melalui alur belahnya dan terlihat bijinya
yang diselaputi fuli warna merah. Jika buah yang sudah mulai merekah dibiarkan
tetap dipohon selama 2-3 hari, maka pembelahan buah menjadi sempurna (buah
berbelah dua) dan bijinya akan jatuh di tanah. Di Daerah Banda, dikenal 3 macam
waktu panen tiap tahun, yaitu: (1) panen raya/besar (pertengahan musim hujan);
panen lebih sedikit (awal musim hujan) dan panen kecil (akhir musim hujan).
Panen buah pala pada permulaan musim hujan memberikan hasil paling baik
(berkualitas tinggi) dan bunga pala (fuli) yang paling tebal.
8.2. Cara Pemetikan
Pemetikan buah pala dapat dilakukan dengan galah bambu yang
ujungnya diberi/dibentuk keranjang (jawa: sosok). Selain itu dapat pula
dilakukan dengan memanjat dan memilih serta memetik buah-buah pala yang sudah
masak benar.
9. PASCAPANEN
9.1. Pemisahan Bagian Buah
Setelah buah-buah pala masak dikumpulkan, buah yang sudah
masak dibelah dan antara daging buah, fuli dan bijinya dipisahkan. Setiap
bagian buah pala tersebut ditaruh pada wadah yang kondisinya bersih dan kering.
Biji-biji yang terkumpul perlu disortir dan dipilah-pilahkan menjadi 3 macam
yaitu:
yang gemuk dan utuh;
yang kurus atau keriput; dan
yang cacat.
9.2. Pengeringan Biji
Biji pala yang diperoleh dari proses ke-I tersebut segera
dijemur untuk menghindari serangan hama dan penyakit. Biji dijemur dengan panas
matahari pada lantai jemur/tempat lainnya. Pengeringan yang terlalu cepat
dengan panas yang lebih tinggi akan mengakibatkan biji pala pecah. Biji pala
yang telah kering ditandai dengan terlepas bagian kulit biji (cangkang), jika
digolongkan akan kocak dan kadar airnya sebesar 8–10 %.
Biji-biji pala yang sudah kering, kemudian dipukul dengan
kayu supaya kulit buijinya pecah dan terpisah dengan isi biji. Isi biji yang
telah keluar dari cangkangnya tersebut disortir berdasarkan ukuran besar
kecilnya isi biji:
Besar: dalam 1 kg terdapat 120 butir isi biji.
Sedang: dalam 1 kg terdapat sekitar 150 butir isi biji.
Kecil: dalam 1 kg terdapat sekitar 200 butir isi biji.
Isi biji yang sudah kering, kemudian dilakukan pengapuran.
Pengapuran biji pala yang banyak dilakukan adalah pengapuran secara basah,
yaitu:
Kapur yang sudah disaring sampai lembut dibuat larutan kapur
dalam bak besar/bejana (seperti yang digunakan untuk mengapur atau melabur
dinding/tembok).
Isi biji pala ditaruh dalam keranjang kecil dan dicelupkan
dalam larutan kapur sampai 2–3 kali dengan digoyang-goyangkan demikian rupa
sehingga air kapur menyentuh semua isi biji.
Selanjutnya isi biji itu diletakkan menjadi tumpukan dalam
gudang untuk diangin-anginkan sampai kering.
Setelah proses pengapuran perlu diadakan pemeriksaaan
terakhir untuk mencegah kemungkinan biji-biji pala tersebut cacat, misalnya
pecah yang sebelumnya tidak diketahui.
Pengawetan biji pala juga dapat dilakukan dengan teknologi
baru, yakni dengan fumigasi dengan menggunakan zat metil bromida (CH3 B1) atau
karbon bisulfida (CS2)
9.3. Pengeringan Bunga Pala (Fuli)
Fuli dijemur pada panas matahari secara perlahan-lahan
selama beberapa jam, kemudian diangin-anginkan. Hal ini dilakukan
berulang-ulang sampai fuli itu kering. Warna fuli yang semula merah cerah,
setelah dikeringkan menjadi merah tua dan akhirnya menjadi jingga. Dengan
pengeringan seperti ini dapat menghasilkan fuli yang kenyal (tidak rapuh) dan
berkualitas tinggi sehingga nilai ekonomisnya pun tinggi pula.
9.4. Pemecahan Tempurung Biji
Pemecahan tempurung biji pala dapat dilakukan dengan 2 cara,
yaitu:
Dengan tenaga manusia : Cara memecah tempurung dari biji
pala dilakukan dengan cara memukulnya dengan kayu sampai tempurung tersebut
pecah. Cara memecah tempurung biji pala memerlukan keterampilan khusus, sebab
kalau tidak isi biji akan banyak yang rusak (pecah) sehingga kulitasnya turun.
Dengan mesin : Cara ini banyak digunakan petani pala. Secara
sederhana dapat diterangkan bahwa mekanisme kerja dan alat ini sama dengan yang
dilakukan oleh manusia, yakni bagian tertentu dari mesin menghancurkan kulit
buah pala sehingga yang
tinggal adalah isi bijinya. Keuntungan dari penggunaan mesin
adalah tenaga, waktu dan biaya operasionalnya dapat ditekan. Disamping itu
kerusakan mekanis dari isi biji juga lebih kecil.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
10.1. Analisis Usaha Budidaya : …
10.2. Gambaran Peluang Agribisnis :
Produksi pala (biji dan fuli) setiap tahun terus meningkat.
Produksi pala pada tahun 1962 sebesar 3.200 ton meningkat menjadi 10.327 ton
pada tahun 1971. Dalam jangka waktu 10 tahun tersebut, kenaikan produksi pada
rata-rata 22% pertahun luas areal pala nasional pada tahun 1985 diperkirakan
70,192 hektar dengan jumlah produksi sekitar 18.649 ton pertahun kenaikan
produksi itu terutama disebabkan untuk perluasan tanaman pala yang sekiatar 90%
merupakan pertanaman rakyat. Peranan ekspor pala itu cukup besar bagi petani,
terutama di daerah-daerah Maluku, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Irian Jaya.
Jawa Barat dan Aceh. Hasil pala Indonesia mempunyai keunggulan dipasaran dunia
karena memiliki aroma yang khas dan memiliki rendaman minyak yang tinggi. Hanya
sekitar 40% kebutuhan pala dunia dipenuhi dari Granada, India dan beberapa
negara penghasil pala lainya sedangkan 60% kebutuhan pala dunia dipenuhi
Indonesia, yakni berupa biji pala dan selaput biji (fuli) kering yang dapat
menghasilkan devisa cukup besar.
11. STANDAR PRODUKSI
11.1. Ruang Lingkup
Standar produksi ini meliputi: syarat mutu, cara pengujian
mutu, cara pengambilan contoh dan cara pengemasan.
11.2. Diskripsi : ….
11.3. Klasifikasi dan Standar Mutu
Untuk menentukan kualitas dari inti biji pala yang
dihasilkan, kriteria yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
Pala kupas ABCD:
bji relatif berat
bentuknya sempurna dan tidak keriput
tidak diserang hama/penyakit
tidak pecah/rusak mekanis.
Pala kupas RIMPEL:
biji relatif berat
berkeriput
tidak pecah
tidak diserang hama/penyekit
Pala kupas B.W.P.
berkeriput
ada kerusakan mekanis
diserang hama dan penyakit
ringan
Dari hasil penyortiran kualitas biji tersebut, kita akan
mendapatkan berat rata-rata yang berbeda, yakni:
Pala kupas ABCD dalam satu sak berat (90 kg).
Pala kupas RIMPEL dalam satu sak berat (80 kg).
Pala kupas B.W.P. dalam satu sak berat (75 kg).
Kriteria untuk menentukan standar kualitas fuli didasarkan
pada warna, bentuk serta kematangan dari fuli. Kriteria kualitas fuli adalah:
Fuli I (moce one): dari buah yang sudah tua; keadaan fuli
utuh; warnanya bagus (merah).
Fuli II (moce two): dari buah yang sudah tua; keadaan fuli
tidak utuh lagi;
Gruis I dan II: fuli hancur; lapuk dan mudah pecah; warnanya
hitam.
Khusus untuk Gruise II digunakan mesin penghancur untuk
lebih menghaluskan fuli.
Kualitas biji pala ditentukan oleh:
Jarak tanam: jarak tanam bukan saja mempengaruhi kuantitas,
tetapi menentukan kualitas pala yang dihasilkan. Dengan jarak tanam yang rapat
biasanya kita akan dapatkan buah-buah yang kecil.
Pemeliharaan: pemeliharaan juga mempengaruhi kualitas pala
yang dihasilkan. Akibat dari pemeliharaan yang tidak baik buah pala mudah
diserang oleh hama atau penyakit (terbelah putih) sehingga kualitas buah kurang
baik.
Cara pemetikan dan prosesing: buah yang dipetik pada waktu
masih muda, biji dan fuli yang kita dapatkan kualitasnya akan rendah. Demikian
pula dengan prosesing yang kurang baik, misalnya penjemuran yang dilakukan
secara tergesa-gesa, biji pala yang dihasilkan tentu akan banyak yang pecah.
11.4. Pengambilan Contoh
Setiap kemasan diambil contohnya sebanyak 3 kg dari bagian
atas, tengah dan bawah. Contoh tersebut dicampur merata tanpa menimbulkan
kerusakan, kemudian dibagi 4 dan dua bagian diambil secara diagonal. Cara ini
dilakukan beberapa kali sampai contoh mencapai 3 kg untuk dianalisa.
Jumlah kemasan dalam partai: 1 sampai 100, minimum jumlah
contoh yang diambil 5.
Jumlah kemasan dalam partai: 101 sampai 300, minimum jumlah
contoh yang diambil 7.
Jumlah kemasan dalam partai: 301 sampai 500, minimum jumlah
contoh yang diambil 9.
Jumlah kemasan dalam partai: 501 sampai 1000, minimum jumlah
contoh yang diambil 10.
Jumlah kemasan dalam partai: lebih dari 1000, minimum jumlah
contoh yang diambil 15.
Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang
yang berpengalaman/dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan suatu badan
hukum.
11.5. Pengemasan
Tujuan pengemasan adalah mencegah kerusakan produk hingga ke
tangan konsumen. Pengemasan yang umum adalah dengan karung plastik karena dapat
mencegah kerusakan dalam waktu yang relatif lama. Pengepakan biji dan fuli pala
dilakukan secara sederhana. Pala yang telah disortir dipak dengan menggunakan
karung goni berlapis dua. Rata-rata dari setiap kualitas
pala adalah sebagai berikut:
Pala kupas ABCD dalam satu sak berat 90 kg.
Pala kupas RIMPEL dalam satu sak berat 80 kg.
Pala kupas B.W.P. dalam satu sak berat 75 kg.
Khusus untuk pengepakan fuli biasanya dilakukan dalam peti
kayu (triplek) dengan berat rata-rata 70-75 kg/peti. Hal-hal yang perlu
diperhatikan sebelum dilakukan pengepakan adalah: fuli yang akan dipak harus
difumigasi terlebih dahulu. Pemberian fumigant pada biji pala dan fuli harus
dilakukan di suatu ruang yang tertutup rapat selama 2 x 24 jam. Fumigant yang
biasa digunakan adalah Methyl Bromida.
12. DAFTAR PUSTAKA
1) Sunanto,Hatta. Budidaya Pala Komoditas Ekspor .
Yogyakarta: kanisius.1993.
Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di
Perdesaan, BAPPENAS
No comments:
Post a Comment