Tuesday, 29 April 2014

Ibu: "anakku tercinta ..."

 
Apa yang paling dinanti seorang wanita yang baru saja menikah ?
Sudah pasti jawabannya adalah : K E H A M I L A N.
Seberapa jauh pun jalan yang harus ditempuh, Seberat apa pun langkah yang mesti diayun, Seberapa lama pun waktu yang harus dijalani, Tak kenal menyerah demi mendapatkan satu kepastian dari seorang bidan: P O S I T I F.

Meski berat, tak ada yang membuatnya mampu bertahan hidup kecuali benih dalam kandungannya. Menangis, tertawa, sedih dan bahagia tak berbeda baginya, karena ia lebih mementingkan apa yang dirasa si kecil di perutnya. Seringkali ia bertanya : menangiskah ia? Tertawakah ia? Sedihkah atau bahagiakah ia di dalam sana? Bahkan ketika waktunya tiba, tak ada yang mampu menandingi cinta yang pernah diberikannya, ketika itu mati pun akan dipertaruhkannya asalkan generasi penerusnya itu bisa terlahir ke dunia. Rasa sakit pun sirna, ketika mendengar tangisan pertama si buah hati, tak peduli darah dan keringat yang terus bercucuran.

Detik itu, sebuah episode cinta baru saja berputar. Tak ada yang lebih membanggakan untuk diperbincangkan selain anak. Tak satu pun tema yang paling menarik untuk didiskusikan bersama rekan sekerja, teman sejawat, kerabat maupun keluarga, kecuali anak.

Si kecil baru saja berucap "Ma?" segera ia mengangkat telepon untuk mengabarkan ke semua yang ada di daftar telepon. Saat baru pertama berdiri, ia pun berteriak histeris, antara haru, bangga dan sedikit takut si kecil terjatuh dan luka.

Hari pertama sekolah adalah saat pertama kali matanya menyaksikan langkah awal kesuksesannya. Meskipun disaat yang sama, pikirannya terus menerawang dan bibirnya tak lepas berdoa, berharap sang suami tak terhenti rezekinya. Agar langkah kaki kecil itu pun tak terhenti di tengah jalan. "Demi anak", "Untuk anak", menjadi alasan utama ketika ia berada di pasar berbelanja keperluan si kecil.

Saat ia berada di pesta seorang kerabat atau keluarga dan membungkus beberapa potong makanan dalam tissue. Ia selalu mengingat anaknya dalam setiap suapan nasinya, setiap gigitan kuenya, setiap kali hendak berbelanja baju untuknya. Tak jarang, ia urung membeli baju untuk dirinya sendiri dan berganti mengambil baju untuk anak. Padahal, baru kemarin sore ia membeli baju si kecil.

Meski pun, terkadang ia harus berhutang. Lagi-lagi atas satu alasan, demi anak. Di saat pusing pikirannya mengatur keuangan yang serba terbatas, periksalah catatannya. Di kertas kecil itu tertulis: 1. Beli susu anak; 2. Uang sekolah anak. Nomor urut selanjutnya baru kebutuhan yang lain. Tapi jelas di situ, kebutuhan anak senantiasa menjadi prioritasnya. Bahkan, tak ada beras di rumah pun tak mengapa, asalkan susu si kecil tetap terbeli. Takkan dibiarkan si kecil menangis, apa pun akan dilakukan agar senyum dan tawa riangnya tetap terdengar.

Ia menjadi guru yang tak pernah digaji, menjadi pembantu yang tak pernah dibayar, menjadi pelayan yang sering terlupa dihargai, dan menjadi babby sitter yang paling setia. Sesekali ia menjelma menjadi puteri salju yang bernyanyi merdu menunggu suntingan sang pangeran. Keesokannya ia rela menjadi kuda yang meringkik, berlari mengejar dan menghalau musuh agar tak mengganggu. Atau ketika ia dengan lihainya menjadi seekor kelinci yang melompat-lompat mengelilingi kebun, mencari wortel untuk makan sehari-hari. Hanya tawa dan jerit lucu yang ingin didengarnya dari kisah-kisah yang tak pernah absen didongengkannya. Kantuk dan lelah tak lagi dihiraukan, walau harus menyamarkan suara menguapnya dengan auman harimau. Atau berpura-pura si nenek sihir terjatuh dan mati sekadar untuk bisa memejamkan mata barang sedetik. Namun, si kecil belum juga terpejam dan memintanya menceritakan dongeng ke sekian. Dalam kantuknya, ia pun terus mendongeng.

Tak ada yang dilakukannya di setiap pagi sebelum menyiapkan sarapan anak-anak yang akan berangkat ke sekolah. Tak satu pun yang paling ditunggu kepulangannya selain suami dan anak-anak tercinta. Serta merta kalimat, "sudah makan belum?" tak lupa terlontar.

saat baru saja memasuki rumah. Tak peduli meski si kecil yang dulu kerap ia timang dalam dekapannya itu, sekarang sudah menjadi orang dewasa yang bisa saja membeli makan siangnya sendiri di Sekolahnya.

Hari ketika si anak yang telah dewasa itu mampu mengambil keputusan terpenting dalam hidupnya, untuk menentukan jalan hidup bersama pasangannya, siapa yang paling menangis? Siapa yang lebih dulu menitikkan air mata? Lihatlah sudut matanya, telah menjadi samudera air mata dalam sekejap. Langkah beratnya ikhlas mengantar buah hatinya ke kursi pelaminan. Ia menangis melihat anaknya tersenyum bahagia dibalut gaun pengantin. Di saat itu, ia pun sadar, buah hati yang bertahun-tahun menjadi kubangan curahan cintanya itu tak lagi hanya miliknya. Ada satu hati lagi yang tertambat, yang dalam harapnya ia berlirih, "Masihkah kau anakku?"

Saat senja tiba. Ketika keriput di tangan dan wajah mulai berbicara tentang usianya. Ia pun sadar, bahwa sebentar lagi masanya kan berakhir. Hanya satu pinta yang sering terucap dari bibirnya, "Bila ibu meninggal, ibu ingin anak-anak ibu yang memandikan. Ibu ingin dimandikan sambil dipangku kalian". Tak hanya itu, imam shalat jenazah pun ia meminta dari salah satu anaknya. "Agar tak percuma ibu mendidik kalian menjadi anak yang shalih & shalihat sejak kecil," ujarnya.

Duh ibu, semoga saya bisa menjawab pintamu itu kelak. Bagaimana mungkin saya tak ingin memenuhi pinta itu? Sejak saya kecil ibu telah mengajarkan arti cinta sebenarnya. Ibulah madrasah cinta saya, Ibulah sekolah yang hanya punya satu mata pelajaran, yaitu "cinta". Sekolah yang hanya punya satu guru yaitu "pecinta". Sekolah yang semua murid-muridnya diberi satu nama: "anakku tercinta".

Ibu, jasamu tak akan mampu dibayar dengan apapun yang ada didunia ini, bahkan perjuangan paling berat pun yang mampu aku persembahkan pada ibu, masih tak mampu juga untuk menebus kasih sayangmu padaku, ibu ... maafkan aku ...

_ Mario Quotes
Foto Mario Teguh

Friday, 25 April 2014

Anda disayang Tuhan?

*** SEMUA ORANG YANG DIPIMPIN ROH ALLAH, ADALAH ANAK ALLAH***


(Roma 8 : 14)

Tidak mudah menjadi anak Allah, dan sangat mudah menjadi anak Iblis?
Sangat sulit dipahami menjadi anak Allah, dan sangat mudah dimengerti menjadi anak Iblis.
Banyak larangan menjadi anak Allah, dan banyak sekali godaan menggiurkan menjadi anak Iblis.
......

Pilih mana saudara?

Kriteria anak Allah?

1. Hidup Kudus
Itu adalah harga mati, hidup kudus! Mengapa harus hidup kudus? karena Bapa kita kudus.
" Kuduslah kamu, karena Aku kudus" (1 Petrus 1:16)

" Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia didalam hatinya" (Matius 5:28).

Hidup kudus memang tidak mudah, namun dengan kekudusan kita akan menikmati janji Allah yang begitu dahsyat dan ajaib. Dengan kekudusan Anda dan saya akan memiliki kuasa yang dahyat. Kuasa untuk mendakan orang sakit sembuh, mengusir roh iblis dalam nama Yesus, menjadikan suatu berhasil, dsb. Itu semua karena Roh Kudus berkenan pada orang yang kudus.

2. Berani diproses oleh Tuhan.
Hal ini juga tidak mudah, karena proses dari Tuhan kadang itu sakit, menderita..namun hasilnya jauh lebih baik dari apa yang kita pikirkan.
Seperti bongkahan tanah berlian yang snagat kotor dari gunung yang disaring kemudian dibakar dengan suhu yang sangat tinggi serta diproses sedemikian rupa dan akhirnya menghasilkan sekecil berlian yang berkilau dan tentu saja mahal harganya. Begitulah hidup kita, diproses Tuhan sedemikian rupa untuk menjadi anak yang unggul, berkualitas super.
Barang saja ada kualitasnya,mulai darim kualitas 1,2,3, super..apalagi hidup manusia lebih dari berang kualitas super sekalipun.
" Barang siapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah" (Wahyu 3:19)

3. Selalu mencari Bapanya.
Dikatakan anak adalah jika anak tersebut mencari bapanya. Bapa juga selalu mencari anaknya.
" Carilah dulu kerajaan Allah maka semuanya akan ditambahkan bagimu"
(Matius 6:33) .
Mau sukses berkelimpahan, berkat kemakmuran dll, carilah Tuhan Yesus, karena Dia yang Maha Kaya sanggup memberikan apapun yang kamu ingini bagi siapa yang berkenan di hadapaNya.

Siap menjadi Anak Allah?

Mengapa kita harus menjadi anak Allah?
1.Kita harus mendapatkan bagian dari Janji Allah
" Takutlah akan Tuhan, hai orang-orangNya yang kudus, sebab tidak berkekurangan orang yang takut akan Dia!" (Mazmur 34:10)
Tidak sekalipun Tuhan menginginkan saudara berkekurangan, semua akan dicukupkan bagimu agar nama Tuhan dipermuliakan.

2. Damai Sejahtera akan dicurahkan
" Tidak ada damai sejahtera bagi orang-orang fasik" (Yesaya 48:22)
Buat apa kaya tetapi keluarga berantakan
Buat apa mempunyai segalanya tetapi hati selalu gelisah
Buat apa memiliki dunia kalau tidak bisa menikmatinya dengan suka cita

3. Melindungi Anda dari Iblis
Iblis tugasnya adalah : Mencuri, Membunuh dan Membinasakan
Jangan tertipu oleh godaan Iblis yang seba Instan: kaya instan, sukses instan bisa-bisa makannya mie instan terus pada akhirnya. Iblis bisa memberikan apapun yang Anda mau tapi ingatlah Iblis bukan sumber berkat jadi pada akhirnya apa yang diterima dari Iblis harus dikembalikan dengan penebusan ayng justru membuat manusia tidak berdaya sama sekali. Itulah janji Iblis: Enak didepan, mati belakangan (NARKOBA).

Janji Tuhan : Kelimpahan yang KEKAL.
" Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinaskan, aku datang supaya mereka mempunyai hidup dan mempunyai dalam segala kelimpahan" (Yohanes 10:10)

Kesimpulan :
Berhati-hatilah dan berjaga-jagalah terhadap segala tipuan dari Iblis, karena anak dari Iblis adalah penghuni Neraka dan api yang kekal, dan Dengan menjadi anak Allah, maka rumah yang kekal akan disiapkan Anda dan saya di Surga yang indah.

Buat keputusan sekarang! Terima Yesus sebagai Juru selamat yang sanggup menyelamatkan Anda dan Saya.
" Tak berkesudahan kasih setia Tuha, tak habis-habisNya, rahmatnya baru setiap pagi; besar kesetiaanMu ! "
(Ratapan 3 : 22-23)

***********************************************************************************************
Hubungi kami segera bagi Saudara atau Keluarga saudara yang belum Yesus sebagai Juru Selamat. Kami akan membantu Saudara. Satu orang percaya Tuhan seluruh anggota keluarga diselamatan.
Tidak ada kata terlambat. Tidak ada dosa sebesar apapun yang tidak diampuni Tuhan jika Anda datang kepadaNya.
Kerajaan Allah sudah teramat sangat dekat, segera terima keselamatan dan janjiNya sekarang juga.
Yang sakit akan disembuhkan, yang miskin akan diperkaya, yang berbeban berat akan dipulihkan.

Siap menjadi berkat dan diberkati?

SKENARIO KEHIDUPAN

Kisah Ini Berawal Dari Kita Diciptakan

Cerita Ini Bermula Sejak Kita Dilahirkan
Sebuah Perjalanan Panjang Kehidupan
Tuhan Menulisnya Kita Menjalankan

Aku Kebagian Satu Skenario Kehidupan
Entah Berapa Halaman Tebalnya
Tanpa Ku Tahu Apa Judul Pembukaan
Entah Berapa Esisode Didalamnya

Aku Tak Bisa Membaca Semuanya
Selain Siap Menjalani Tiap Halaman
Ada Beberapa Rahasia Yang Terjaga
Membuat Manis Harap Dan Impian

Aku Paling Suka Episode Cinta
Dimana Aku Senyum Dan Bahagia
Tak Mau Halaman Itu Berlalu
Malah Aku Ingin Tetap Terpaku

Tapi Katanya Roda Hidup Berputar
Jadi Aku Harus Rela Episode Itu Bubar
Sembari Kusimpan Sisa-Sisa Yang Ada
Supaya Kujadikan Catatan Hati Selanjutnya

Bahwa Episode Yang Sudah Berlalu
Yang Menelan Waktu dan Umurku
Sudah Pernah Memberikan Kesempatan
Tinggal Bagaimana Kita Memanfaatkan

Aku Tak Bisa Menyalahkan Siapa-Siapa
Meski Kadang Tak Bisa Berbuat Apa-Apa
Harus Kusesali Waktu Yang Jadi Sia-Sia
Tak Bisa Kutahan Episode Itu Lama-Lama

Intinya Bagaimana Melakukan Peran Terbaik
Perankan Posisi Dan Jabatan Dengan Menarik
Meski Kita Seakan Di Atas Panggung Sandiwara
Tapi Ada Hitungan Amal Untuk Sambungannya

Jika Sedang Jadi Kaya Mungkin Harus Memberi
Jika Sedang Jatuh Cinta Mungkin Harus Berbagi
Jika Sedang Jadi Miskin Mungkin Harus Diinsyafi
Ada Yang Dapat Peran Hanya Kaya Secara Materi

Jika Kita Mampu Berperan Dengan Baik
Ada Jaminan Kita Jadi Pemain Selanjutnya
Bukan Lagi Peran Melawan Buruk Dan Baik
Tapi Peran Kemenangan Selama-Lamanya

==========================================
Yohanes 15:9-17

“Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya.

Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh. Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain.”

All blessings,

Thursday, 24 April 2014

Untukmu ... Ibu ... !

Suatu ketika saya bertemu dengan seorang nenek. Dia, yang yang ringkih dengan kebaya bermotif kembang itu, tampak sedang memegang sebuah kantong plastik. Hitam warnanya, dan tampak lusuh. Saya duduk disebelahnya, di atas sebuah metromini yang menuju ke stasiun KA.

Dia sangat tua, tubuhnya membungkuk, dan kersik di matanya tampak jelas. Matanya selalu berair, keriputnya, mirip dengan aliran sungai. Kelok-berkelok. Hmm...dia tampak tersenyum pada saya. Sayapun balas tersenyum. Dia bertanya, mau kemana. Saya pun menjawab mau kerja, sambil bertanya, apa isi plastik yang dipegangnya.

Minyak goreng, jawabnya. Ah, rupanya, dia baru saja mendapat jatah pembagian sembako. Pantas, dia tampak letih. Mungkin sudah seharian dia mengantri untuk mendapatkan minyak itu. Tanpa ditanya, dia kemudian bercerita, bahwa minyak itu, akan dipakai untuk mengoreng tepung buat cucunya. Di saat sore, itulah yang bisa dia berikan buat cucunya.

Dia berkata, cucunya sangat senang kalau digorengkan tepung. Sebab, dia tak punya banyak uang untuk membelikan yang lain selain gorengan tepung buatannya. Itupun, tak bisa setiap hari disajikan. Karena, tak setiap hari dia bisa mendapatkan minyak dan tepung gratis.

Degh. Saya terharu. Saya membayangkan betapa rasa itu begitu indah. Seorang nenek yang rela berpanas-panas untuk memberikan apa yang terbaik buat cucunya. Sang nenek, memberikan saya hikmah yang dalam sekali. Saya teringat pada Ibu. Allah memang maha bijak. Sang nenek hadir untuk menegur saya.

Sudah beberapa saat waktu sebelumnya, saya sering melupakan Ibu. Seringkali makanan yang disajikannya, saya lupakan begitu saja. Mungkin, karena saya yang terlalu sok sibuk dengan semua urusan kerja. Sering saat pulang ke rumah, saya menemukan nasi goreng yang masih tersaji di meja, yang belum saya sentuh sejak pagi.

Sering juga saya tak sempat merasakan masakan Ibu di rumah saat kembali, karena telah makan di tempat lain. Saya sedih, saat membayangkan itu semua. Dan Ibu pun sering mengeluh dengan hal ini. Saya merasa bersalah sekali. Saya bisa rasakan, Ibu pasti memberikan harapan yang banyak untuk semua yang telah dimasaknya buat saya. Tentu, saat memasukkan bumbu-bumbu, dia juga memasukkan kasih dan cintanya buat saya.

Dia pasti juga akan menambahkan doa-doa dan keinginan yang terbaik buat saya. Dia pasti, mengolah semua masakan itu, mengaduk, mencampur, dan menguleni, sama seperti dia merawat dan mengasihi saya. Menyentuh dengan lembut, mengelus, seperti dia mengelus kepala saya di waktu kecil.

Metromini telah sampai. Setelah mengucap salam pada nenek itu, saya pun turun. Namun, saya punya punya keinginan hari itu. Mulai esok hari, saya akan menyantap semua yang Ibu berikan buat saya. Apapun yang diberikannya. Karena saya yakin, itulah bentuk ungkapan rasa cinta saya padanya. Saya percaya, itulah yang dapat saya berikan sebagai penghargaan buatnya.

Saya berharap, tak akan ada lagi makanan yang tersisa. Saya ingin membahagiakan Ibu. Terima kasih Nek.

Kakek ...

Suatu ketika, ada seorang kakek yang harus tinggal dengan anaknya. Selain itu, tinggal pula menantu, dan anak mereka yang berusia 6 tahun. Tangan orangtua ini begitu rapuh, dan sering bergerak tak menentu. Penglihatannya buram, dan cara berjalannya pun ringkih.

Keluarga itu biasa makan bersama di ruang makan. Namun, sang orangtua yang pikun ini sering mengacaukan segalanya. Tangannya yang bergetar dan mata yang rabun, membuatnya susah untuk menyantap makanan. Sendok dan garpu kerap jatuh ke bawah. Saat si kakek meraih gelas, segera saja susu itu tumpah membasahi taplak.

Anak dan menantunya pun menjadi gusar. Mereka merasa
direpotkan dengan semua ini. "Kita harus lakukan sesuatu, " ujar sang suami. "Aku sudah bosan membereskan semuanya untuk pak tua ini." Lalu, kedua suami-istri ini pun membuatkan sebuah meja kecil di sudut ruangan. Disana, sang kakek akan duduk untuk makan sendirian, saat semuanya menyantap makanan. Karena sering memecahkan piring, keduanya juga memberikan
mangkuk kayu untuk si kakek.

Sering, saat keluarga itu sibuk dengan makan malam mereka, terdengar isak sedih dari sudut ruangan. Ada airmata yang tampak mengalir dari gurat keriput si kakek.
Namun, kata yang keluar dari suami-istri ini selalu omelan agar ia tak menjatuhkan makanan lagi. Anak mereka yang berusia 6 tahun hanya memandangi semua dalam diam.

Suatu malam, sebelum tidur, sang ayah memperhatikan anaknya yang sedang memainkan mainan kayu. Dengan lembut ditanyalah anak itu. "Kamu sedang membuat apa?". Anaknya menjawab, "Aku sedang membuat meja kayu buat ayah dan ibu untuk makan saatku besar nanti. Nanti, akan kuletakkan di sudut itu, dekat tempat kakek biasa makan." Anak itu tersenyum dan melanjutkan pekerjaannya.

Jawaban itu membuat kedua orangtuanya begitu sedih dan
terpukul.Mereka tak mampu berkata-kata lagi. Lalu, airmatapun
mulai bergulir dari kedua pipi mereka. Walau tak ada kata-kata yang terucap, kedua orangtua ini mengerti, ada sesuatu yang harus diperbaiki. Malam itu, mereka menuntun tangan si kakek untuk kembali makan bersama di meja makan.Tak ada lagi omelan yang keluar saat ada piring yang jatuh, makanan yang tumpah, atau taplak yang ternoda. Kini, mereka bisa makan bersama lagi di meja utama.

Suatu saat kita akan tua, jikalau sekarang kita menanam kejelekan, ingatlah, suatu saat itu akan kembali kepada kita, jadi berbuat baiklah dari sekarang ...

_ Mario Quotes

Biasa berbuat baik ...

Disuatu sore Ayah mengajak anak remajanya yang agak nakal dan mempunyai kebiasaan-kebiasaan buruk untuk berjalan-jalan dihutan sekitar perkebunan mereka. "Engkau melihat pohon itu? Cobalah engkau mencabutnya," kata sang Ayah sambil menunujuk pada salah satu pohon kecil dipinggir hutan.

Dengan segera anak remaja itu berlari dengan satu tangan saja mencabut pohon kecil itu. Mereka terus berjalan dan kali ini sang ayah menunjuk sebuah sebuah pohon yang sudah agak besar . "Sekarang coba cabut pohon itu. Dengan segera pula si anak remaja mencabut pohon itu, tetapi kali ini tidak dengan satu tangan. Ia harus mencabutnya dengan kedua tangannya.

Setelah berjalan beberapa langkah lagi sang Ayah menunjuk sebuah pohon cemara yang cukup besar. "Sekarang Ayah mau engkau mencabut pohon itu." Dengan kaget anak remaja itu menjawab, "Yang benar saja Ayah, itu kan besar dengan seluruh kekuatanku pun aku tak dapat mencabutnya. Pohon itu hanya dapat ditebang dengan Buldozer.”

"Benar katamu," jawab sang Ayah. Mereka kemudian duduk berdua dipinggir Hutan. "Sekarang dengar," kata sang Ayah memulai pelajarannya. Sesuatu yang belum terlalu lama dibiarkan, masih bisa dihilangkan dengan mudah. Seperti ketika engkau mencabut pohon kecil tadi dengan satu tanganmu. Tetapi kebiasaan yang sudah agak lama dibiarkan, masih bisa dihilangkan tetapi dengan usaha dan kerja keras, seperti ketika engkau mencabut pohon kedua dengan kedua tanganmu.

Sedangkan kebiasaan yang sudah mendarah daging karena sudah dibiasakan dan dipelihara, akan sangat sulit menghilangkannya kecuali dengan pertolongan Allah Swt. Maka belajarlah segera membuang hal-hal yang tidak berkenan kepada Allah dan jangan membiasakan dirimu melakukan kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik.

seperti kata pepatah, sedikit-sedikit ... lama-lama menjadi bukit ...

sahabat, bukit kebaikan atau keburukan kah yang telah kita kumpulkan selama ini ?, sebelum terlalu jauh, pastikan bahwa bukit kebaikanlah yang selama ini kita jalani, karena kebaikan di akhirat dimulai dari kebaikan di dunia ... yakinlah ALLOH bersama kita ...


_ Mario Quotes

Sebuah batu kecil ...

"seorang pekerja pada proyek bangunan memanjat pada tembok yang sangat tinggi. pada suatu saat ia harus menyampaikan pesan penting kepada kawan kerjanya yang berada di bawah.
Pekerja tersebut berteriak - teriak, tetapi temannya tidak bisa mendengarnya karena suara bising dari mesin-mesin dan orang-orang yang bekerja, sehingga usahanya sia-sia saja.

Oleh karena itu, untuk menarik perhatian temannya yang berada jauh dibawahnya, ia mencoba melemparkan koin uang logam didepan temannya. Temannya berhenti bekerja, mengambil uang logam tersebut lalu bekerja kembali. Pekerja itu mencoba lagi, tetapi usahanya yang kedua pun memperoleh hasil yang sama.

Tiba-tiba ia mendapat ide. Ia mengambil batu kecil lalu melemparkannya kearah teman yang ada di bawah. Batu itu pun jatuh tepat mengenai kepala temannya, dan karena merasa sakit, temannya yang dibawah menengadahkan kepala keatas. Sekarang pekerja tersebut dapat memberikan pesan catatan kepada kawannya di bawah."

________

Tuhan kadang-kadang menggunakan cobaan-cobaan ringan untuk membuat kita menengadah kepada-Nya. seringkali Tuhan melimpahkan rahmat, tetapi itu tidak cukup untuk membuat kita menengadah kepada-Nya.

Sahabatku,,,"batu kecil" yang dilemparkan tadi bisa jadi merupakan peringatan kepada kita agar kita tidak selalu "sibuk" dengan urusan-urusan dunia...hm....terkadang kitapun selalu "lupa" bersyukur kepada Nya,,,"koin-koin" yang awalnya dilemparkan tersebut merefleksikan rahmat, rejeki, kesempatan, kelegaan, kesehatan, kemudahan, tetapi itu terkadang tidak membuat kita "menengadah" kepada Nya...akhirnya Tuhan melemparkan sebuah batu kecil kepada kita,,,

semoga dengan ini menjadikan kita Hamba-Hamba yang pandai mensyukuri Nikmat-Nikmat-Nya,,,dan walau kita ditimpa "batu kecil" kita tetap sabar,berdoa dan berharap Allah berbuat demikian karena Dia merencanakan kebaikan buat kita kelak,,,dan menjadikan kita manusia yang bertaqwa ... aamiiin ...

___Mario Quotes

Pandai bersyukur ...

Alkisah ada seseorang bernama Abdul mengeluh kepada Pak Kyai, orang yang dianggap bijaksana di kampungnya. Ia mengeluh karena rumahnya yang sangat sempit. Ia bersama keluarganya tidak nyaman tinggal dirumahnya.

Kemudian Pak Kyai itu bertanya, "Baiklah, insya Allah saya bisa mengatasi permasalahan kamu, akan tetapi ada dua syaratnya, yang pertama ikuti segala perintah saya, yang kedua jangan bertanya dan protes terhadap apa yang saya perintahkan. Bagaimana sepakat?" Sejenak Abdul berfikir, "hmm.....baiklah Pak Kyai, saya sepakat!. Apa perintah Pak Kyai?"

Kemudian Pak Kyai kebelakang mengambil seekor bebek peliharaannya, "nih, pelihara bebek ini di rumahmu!" perintahnya. "Pak Kyai bercanda ya? Rumah saya kan sempit, kok malah ditambah memelihara bebek sih?" protes Abdul. "Lupa ya syarat kedua perjanjian kita? Jangan tanya dan protes! Lakukan! Datanglah 3 hari lagi kemari!" tegas Pak Kyai. Dengan berat hati Abdul pun menjalankan perintah Pak Kyai.

Tiga hari kemudian Abdul datang ke rumah Pak Kyai, "Bagaimana Abdul?" tanya Pak Kyai. "Sudah jelas, semakin terasa sempit." keluh Abdul. "Baiklah, sekarang perintah kedua, pelihara kambing ini juga dirumahmu" perintah Pak Kyai sambil membawa kambing peliharaannya.. "Tapi Pak Kyai........?", "Jangan tanya dan protes, lakukan saja! Datang kemari lagi setelah 3 hari" Pak Kyai mengingatkan. Abdulpun kembali dengan membawa seekor kambing, dia menyesal karena melakukan kesepakatan dengan Pak Kyai.

Tiga hari kemudian, Abdul datang kerumah Pak Kyai. "Bagaimana?", dengan wajah cemberut Abdul berkata, "Pak Kyai menyiksaku ya? Keluargaku jadi tidak betah dirumah!". "Sabar Abdul, Baiklah bawa kemari lagi bebek dan kambingku! Kemudian datang kemari lagi setelah tiga hari."

Tiga hari kemudian, "Bagaimana Abdul?" tanya Pak Kyai, "Sekarang jadi tenang dan nyaman Pak Kyai, seolah-olah rumah saya jadi luas karena tidak ada gangguan bebek dan kambing.".

"Begitulah Abdul, saya menilai rumahmu itu sudah cukup luas, akan tetapi pandangan dan hatimu sungguhlah sempit. Hari ini kamu merasa rumahmu begitu luas, karena engkau merasakan bagaimana kondisi ketika rumahmu lebih sempit. Lihatlah tetangga-tetangga kita yang memiliki rumah yang jauh lebih sempit dari rumahmu. Dan cobalah bayangkan ketika kita dalam kondisi seperti mereka. Maka akan timbul rasa syukur dalam hatimu. Dan sebaliknya ketika engkau melihat tetangga kita yang rumahnya lebih luas daripada rumahmu, maka akan timbul rasa sempit dalam hatimu. Jadi, semua tergantung pada cara pandang kita. Maka, ubahlah segala pandanganmu menjadi pandangan syukur, maka rumah, dan hatimu akan terasa luas, Insya Allah."

memandang ke bawah, akan membawa hati kita semakin santun dan memiliki rasa ...

_ Mario Quotes

Ucapkan terima kasih ...

Kita semua senang bila orang menghargai kita dan pekerjaan yang kita lakukan. Di banyak kantor, kita sering melihat orang-orang memamerkan kartu ucapan terima kasih dari pimpinan mereka, sepucuk surat khusus dari konsumen, atau selembar sertifikat penghargaan (yang mungkin umurnya sudah sangat tua). Hargailah pekerjaan!

Ucapkan terima kasih pada anggota tim anda. Berikan penghargaan atas keberhasilan dan prestasi mereka. Sampaikan terima kasih bila mereka berhasil melakukan kemajuan. Anda bisa melakukannya secara empat mata, secara terbuka, dalam bentuk tertulis, atau dengan cara-cara yang begitu kreatif. Orang-orang yang hasil kerjanya dihargai kemungkinan besar hasil kerjanya akan semakin baik juga.

Memperlihatkan sikap menghargai berarti menunjukkan apa yang anda inginkan dan apa yang menurut anda penting dilakukan. Tanpa umpan balik semacam itu, karyawan anda mungkin akan keliru menafsirkan apa yang bisa diterima atau dinilai tinggi.

Riset menunjukkan bahwa manusia haus akan penghargaan. Jika menerima pujian tulus atau apa yang berhasil dilakukan dengan baik, mereka tidak hanya merasa dihargai secara batiniah, tetapi juga membuahkan kebanggan tersendiri di kalangan keluarga dan teman-temannya. Hal ini akan meningkatkan penghargaan mereka pada anda sebagai pemimpin.

Siklus itu lalu akan terus-menerus mempertahankan semangat. Sekali suatu tingkat penghargaan atas prestasi diberikan, karyawan akan bertindak dan berusaha mempertahankan citra yang telah berhasil mereka ciptakan.

Ucapan terima kasih yang tulus dari dalam hati, lebih berharga dibanding dunia dan seisinya, dengan kita menerima kata-kata terima kasih, secara tidak langsung kita di"orang"kan orang lain dan kita bukan hanya kita dianggap ada, karena kita memang benar-benar ada. Bayangkan jika kita ada, tanpa ada orang yang mempedulikan kita, seolah-olah kita tidak ada padahal kita ada ?!

Ucapan terima kasih itu berharga, untuk kita dan untuk orang lain ...

Mario Quotes

Sebuah arloji ...

Seorang tukang kayu. Suatu saat ketika sedang bekerja, secara tak disengaja arlojinya terjatuh dan terbenam di antara tingginya tumpukan serbuk kayu. Arloji itu adalah sebuah hadiah dan telah dipakainya cukup lama. Ia amat mencintai arloji tersebut. Karenanya ia berusaha sedapat mungkin untuk menemukan kembali arlojinya.

Sambil mengeluh mempersalahkan keteledoran diri sendiri si tukang kayu itu membongkar tumpukan serbuk yang tinggi itu. Teman-teman karyawan yang lain juga turut membantu mencarinya. Namun sia-sia saja. Arloji kesayangan itu tetap tak ditemukan.

Tibalah saat makan siang. Para pekerja serta pemilik arloji tersebut dengan semangat yang lesu meninggalkan bengkel kayu tersebut. Saat itu seorang anak yang sejak tadi memperhatikan mereka mencari arloji itu, datang mendekati tumpukan serbuk kayu tersebut. Ia menjongkok dan mencari.

Tak berapa lama berselang ia telah menemukan kembali arloji kesayangan si tukang kayu tersebut. Tentu si tukang kayu itu amat gembira. Namun ia juga heran, karena sebelumnya banyak orang telah membongkar tumpukan serbuk namun sia-sia. Kini cuman dia seorang diri saja, dan berhasil menemukan arloji itu.

'Bagaimana caranya engkau mencari arloji ini?' Tanya si tukang kayu.

'Saya hanya duduk secara tenang di lantai. Dalam keheningan itu saya bisa mendengar bunyi 'to-tak, tok-tak'.

Dengan itu saya tahu di mana arloji itu berada.' Anak itu menjawab.

_____________________________________________

Sahabatku, tahukah engkau bahwa problema yang kita hadapi akan berkurang seperempat hanya dengan membiarkan diri duduk secara tenang?

Keheningan adalah pekerjaan rumah yang paling sulit diselesaikan selama hidup. Sering secara tidak sadar kita terjerumus dalam seribu satu macam 'kegaduhan'-.

Mungkin inilah hikmah dari ibadah di sepertiga malam. Dikeheningan itulah kita akan lebih merasakan kasih sayang dan kedekatan Allah kepada kita. Tapi mengapa banyak dari kita merasa berat menunaikan ibadah tersebut ?.

_ Mario Quotes

Ikan kecil dan air ...

Suatu hari seorang ayah dan anaknya sedang duduk berbincang-bincang di tepi sungai. Sang Ayah berkata kepada anaknya, “Lihatlah anakku, air begitu penting dalam kehidupan ini, tanpa air kita semua akan mati.

” Pada saat yang bersamaan, seekor ikan kecil mendengar percakapan itu dari bawah permukaan air, ikan kecil itu mendadak gelisah dan ingin tahu apakah air itu, yang katanya begitu penting dalam kehidupan ini.

Ikan kecil itu berenang dari hulu sampai ke hilir sungai sambil bertanya kepada setiap ikan yang ditemuinya, “Hai tahukah kamu dimana tempat air berada? Aku telah mendengar percakapan manusia bahwa tanpa air kehidupan akan mati.”

Ternyata semua ikan yang telah ditanya tidak mengetahui dimana air itu. Si ikan kecil itu semakin kebingungan. Lalu ia berenang menuju mata air untuk bertemu dengan ikan sesepuh yang sudah berpengalaman, kepada ikan sesepuh itu ikan kecil ini menanyakan hal yang sama, “Dimanakah air?” Ikan sesepuh itu menjawab dengan bijak, “Tak usah gelisah anakku, air itu telah mengelilingimu, sehingga kamu bahkan tidak menyadari kehadirannya. 

*Memang benar, tanpa air kita semua akan mati.” “Manusia kadang-kadang mengalami situasi yang sama seperti ikan kecil, mencari kesana kemari tentang kehidupan dan kebahagiaan, padahal ia sedang menjalaninya, bahkan kebahagiaan sedang melingkupinya sampai-sampai ia sendiri tidak menyadarinya. ” *

Terkadang kita tidak sadar bahwa apa yang kita miliki saat ini sudah cukup membuat kita bahagia. Apa sih yang kita cari di kehidupan ini? Hidup adalah pilihan. Jangan juga pernah mengira bahwa orang lain lebih bahagia dari kita.. Karena apa yang kita lihat dari orang lain itu hanya luarnya saja.. Dalamnya? Tidak ada yg tahu. Tapi kita seharusnya lebih tahu apa yang ada pada kita dan yang disekitar kita.

Bersyukur di saat apapun dan kapanpun, bahagia tak akan lepas dari hidup kita.

_ Mario Quotes

Wednesday, 23 April 2014

Teru-teru bozu

“Itu lho, boneka putih, kecil, yang suka digantungin di jendela buat penangkal hujan” Hiro menjelaskan padaku
        Sudah seminggu ini hujan nggak pernah absen untuk berkunjung ke kotaku. Bahkan saking seringnya, rumahku jadi ikutan kebanjiran.  Mama jadi sibuk ngomel sejak tadi pagi karena sofa yang baru aja dibeli ikut-ikutan basah.  Untung aja kamarku ada di lantai dua jadi aku nggak perlu repot-repot ngungsiin barangku ke tempat yang lebih aman.
        “Milly, kok bengong aja? Bantuin aku ngangkat karpet mama ke pagar dong” Seruan kak Mimi membuyarkan lamunanku.  Aku segera bergegas membantunya, karena kalo nggak cepat-cepat dibantu, aku bisa kena semprot mama.
        “Coba kalo nggak hujan mulu, pasti nggak bakalan banjir” Sambil menggerutu, aku bantu mengangkat karpet.
        “Udah nggak usah ngeluh, kalo mama dengar, kamu bisa diomelin lho!”
        “Seandainya aja ada pawang hujan…”
        “Emang buaya pake pawang?” Kak Mimi tertawa mendengar perkataanku.  Dipikirnya aku bercanda, padahal aku benar-benar berharap…
***
        “Tumben ya semalam nggak hujan” Nadia berkata sambil meletakkan tasnya di meja. Nadia teman sebangkuku, anaknya ramah tapi centilnya minta ampun.
        “Percaya nggak percaya… itu karena Teru-teru bozu” Tiba-tiba aja Hiro yang duduk di sudut ruangan ikut-ikutan ngobrol.
        “Teru-teru bozu? Apaan tuh?” Aku bertanya penasaran.


     “Itu lho, boneka putih, kecil, yang suka digantungin di jendela buat penangkal hujan” Hiro menjelaskan padaku
        “Oooh yang seperti di film kartun ikyu san itu?”
        “Yup!”
        “Emang siapa yang make Teru-teru bozu?” Nadia ikut penasaran.
        “Semalam bokapku ngadain acara jamuan untuk teman-teman pengusahanya dari Jepang.  Makanya, biar semua tamunya pada datang, beliau pasang boneka teru-teru bozu biar nggak hujan”
        “Seampuh itu?”
        “Buktinya semalam nggak hujan!” Hiro mencoba meyakinkan aku dan Nadia.
        “Kan kebetulan doang!” Nadia berkata cuek
        “Terserah deh… kan percaya nggak percaya!”
        “Gimana kalo kita buktiin kebenarannya malam ini?” Tantangku sambil mengalihkan pandanganku ke arah langit yang mendung.
        “Siapa takut!” Hiro menerima tantanganku dan berjanji untuk menemaniku menggantung teru-teru bozu di jendela kamarku, sepulang sekolah nanti.


Boneka putih itu kini tergantung dengan sempurna di balkonku, melambai-lambai ditiup angin.  Sebenarnya boneka itu agak nyeramin juga, bahkan kak Mimi sempat bilang kalo boneka itu mirip pocong yang lagi gantung diri… hiiiii
        Aku menatap langit, hari sudah mulai gelap namun mendung masih menggantung dengan angkuh. Sepertinya teru-teru bozu nggak berhasil nangkal hujan malam ini.  Angin semakin kencang berhembus, membuatku terpaksa menutup pintu yang menghubungkan balkon dengan kamarku. Kulirik boneka teru-teru bozu yang bergerak terayun-ayun di luar. Kasihan… dia pasti kedinginan.
        Suara petir membangunkan aku dari tidurku, akhirnya hujan turun juga. Aku tersenyum puas. Si Hiro pasti kecewa berat karena bonekanya itu terbukti nggak manjur. Tapi, di mana boneka itu? Ia tidak lagi berada di tempatnya. Aku segera berlari menuju balkon, di tengah riak hujan kulihat teru-teru bozu tergeletak di taman. Mungkin angin yang kencang membuat tali pengikatnya putus. Tanpa sadar aku berlari keluar kamar menuju taman untuk mengambil boneka itu.
        “Teru-teru bozu ya?” seorang cowok menegurku dari balik pagar. Serentak aku menoleh, seorang cowok terseyum padaku di tengah derasnya hujan.  Mata sipitnya mengingatkan aku pada Jonathan Mulia si bintang Mirror.
        “Ngapain kamu di situ?” Aku bertanya sambil pasang kuda-kuda, kali aja dia punya niat jahat.
        “Nggak usah takut, aku nggak punya niat jahat kok.  Aku cuma mau nikmatin hujan, saat di mana aku bisa bebas dan berharap nemuin apa yang aku cari”
        “Nyari apa kamu? Duit? Di sini nggak nerima sumbangan!” Kataku ketus. Cowok itu tersenyum, diliriknya teru-teru bozu yang kupegang
        “Aku yang memutuskannya”
        “Apa?” Aku menatapnya tak mengerti
        “Aku yang mutusin tali pengikat teru-teru bozu-mu itu”
        “Kenapa?”

      “Karena aku pingin nikmatin hujan.  Aku pingin kelihatan kayak cowok cool yang tiba-tiba muncul di tengah derasnya hujan untuk menyelamatkan ceweknya”  Cowok itu tersenyum sambil mengedipkan matanya padaku
        “Kamu pikir ini sinetron?”
        “Aku bercanda”
        “Udah deh, sekarang kamu pulang aja. Terlalu lama main hujan-hujanan nggak baik buat kesehatan usus” aku berkata asal, cowok itu tertawa.
        “Dokter sableng!”
        “Siapa yang dokter sableng? Omonganku benar kok, kalo kamu terlalu lama hujan-hujanan apalagi tengah malam gini, kamu bisa sakit demam, nggak enak makan, nggak enak tidur, kan efeknya  ke usus juga”
        “Aku udah nggak takut dengan rasa sakit” Ia menggumam, sesaat kemudian ia melangkah pergi, aku mencoba mengejarnya, kubuka pintu pagar dan berteriak
        “Hei, mau ke mana?”
        “Pulang!”
        “ Namamu siapa? Tukeran nomer hp dong!” Teriakku, sayangnya cowok itu tak mendengarnya. Suara gemuruh hujan terlalu keras, aku saja hampir tak bisa mendengar suaraku sendiri. Tiba-tiba…
        “DUARRRRR!” Suara petir membuatku tersentak
        “Mama” Teriakku.


     “Ngapain sih pake keluar buat ngambil boneka itu? Pagi-pagi juga kan bisa” Kak Mimi berkata sambil ngompresin kepalaku.
        “Sst, kakak nggak usah ikut-ikutan ngomel! Aku udah dari tadi diomelin mama, jangan buat aku tambah sakit dong”
        “Makanya jangan baut ulah! Kalo kamu sakit kan kakak juga yang repot” Kak Mimi menepuk pipiku. Kakakku yang satu ini memang care, dia selalu saja mampu membuatku tenang, bahkan di saat sakit seperti ini.
        “Kak, tolong gantungin boneka ini lagi dong!” Kataku sambil memperlihatkan boneka teru-teru bozu pada Kak Mimi. Dia menatapku gemas,
        “Kamu kok nggak kapok-kapok? Kan kemarin udah terbukti kalo boneka itu nggak manjur buat nangkal hujan”
        “Kakakku sayang, kemaren bonekanya jatuh, makanya itu nggak membuktikan apa-apa”
        “Adekku sayang, hujan atau nggak… bukan boneka ini yang nentuin tapi TUHAN!”
        “Manusia kan bisa berupaya, Tuhan menentukan.  Aku berupaya melalui boneka ini, terkabul tidaknya liat aja nanti. Ya kak ya…”
        “Paling pinter deh ngelesnya. Ya udah, sini bonekanya” Aku menyerahkan boneka itu pada Kak Mimi. Tidak lama kemudian boneka itu sudah tergantung kembali di balkonku, terayun-ayun ke kiri… ke kanan mengikuti angin. Tiba-tiba aku teringat cowok yang aku jumpai semalam, cowok aneh itu pasti sedang terserang demam juga sepertiku.
        “Ayo, senyum-senyum sendiri, mikirin apa nih?” Tiba-tiba aja Nadia udah duduk di sampingku
        “Kamu kok kemari? Nggak sekolah?”
        “Yee, ini kan hari minggu dodol!” Nadia berkata gemas.  Aku cengengesan, benar juga!
        “Kayaknya si Hiro kalah nih, kenapa kemaren kita nggak pake taruhan aja ya” Ujar Nadia


      “Itu namanya judi! Ntar kena rahasia Illahi lho, TERPANGGANG DALAM KUBUR” Kataku sambil tertawa.  Kak Mimi yang pengertian segera keluar dari kamar dan menutup pintu pelan-pelan.
        “Tapi semalam boneka itu jatuh”
        “Kok bisa jatuh?”
        “Ada cowok yang mutusin talinya”
        “Yang bener aja, pake apa dia mutusin talinya? Balkonmu kan tinggi.  Lagian cowok yang mana sih?” Nadia semakin tidak mengerti.  Iya juga ya… kok aku nggak mikirin itu semalam? Mana bisa dia mutusin tali pengikat boneka ini dari bawah… kecuali dia manjat ke balkonku… tapi, apa mungkin?
        “Hei, kok malah ngelamun?” Nadia menepuk pipiku.
        “Nggak tau deh! Kata cowok itu, dia yang mutusin talinya biar dia bisa nikmatin hujan”
        “Cakep nggak?”
        “Cakep juga sih, face-nya oriental banget”
        “Pantesan kamu betah hujan-hujanan! Namanya siapa?”
        “Aku lupa nanya namanya, pas aku teriak buat nanya, dia udah jauh. Sialnya, petir nongol tiba-tiba. Pingsan deh aku! Untung mama dengar teriakanku” Aku bercerita pada Nadia, cewek itu ketawa terpingkal-pingkal.
        Sepanjang hari ini, langit sangat cerah. Matahari yang udah 10 hari nggak nongol-nongol akhirnya berbaik hati untuk tersenyum walaupun kadang-kadang bersembunyi di balik awan tipis. Semoga saja cuaca akan baik sampai nanti malam, karena aku sudah terlalu lama tidak melihat bintang, dan karena malam ini istimewa. Aku memang paling suka melihat bintang, makanya aku benci hujan… selain bisa membuat rumah kebanjiran, hujan juga menyembunyikan bintang.


       “Duarr” Lagi-lagi suara petir mengagetkanku, samar-samar aku melihat sekelebat bayangan di balkonku
        “Siapa itu?”
        “Sst… ini aku” Terdengar bisikan dari luar
        “Siapa?”
        “Rain”
        “Siapa?”
        “Aku cowok yang kemaren”
        “Kamu? Bagaimana kamu bisa naik ke atas?” Aku membuka pintu.
        “Manjat” Ia cengengesan
        “Semudah itu?”
        “Salahin arsitek bego yang merancang bangunan ini.  Pagar dan pilar besar itu bisa dipanjat siapa saja” Katanya
        “Arsiteknya Bapakku…” Aku marah.  Cowok itu kaget,
        “Ops… sorry
        “Mau mutusin tali pengikat boneka itu lagi?” Tanyaku pada cowok itu, ia mengangguk.
        “Tolong jangan malam ini” Aku memohon
        “Kenapa?”
        “Aku pingin lihat bintang”


   “Malam lain kan bisa” Cowok itu berkata cuek.
        “Tapi malam ini istimewa, malam ini ulang tahun papa dan aku pingin menyapanya” Kataku sambil menerawang.
        “Gitu aja repot! Bangunin aja papamu trus kasih ucapan selamat! Beres kan? Nggak perlu pake acara ngeliat bintang segala”
        “Nggak semudah itu, karena papa udah menjadi bintang” Ujarku sambil menatap bintang yang paling terang.  Cowok itu menatapku dengan tatapan heran,
        “Empat tahun lalu, papa didiagnosa menderita kanker hati… kami sekeluarga sangat terpukul.  Namun ketabahan papa selalu bisa menguatkan kami. Sebelum papa meninggal, ia sempat berpesan padaku agar nggak sedih karena aku masih bisa menemuinya kapan saja… Beliau akan menjadi bintang yang akan menyapaku tiap malam”
        “Itu kan dongeng anak-anak”
        “Saat papa meninggal, aku memang masih 11 taon… tapi sampai sekarang aku masih percaya karena bintang selalu mampu membuatku tenang”
        “Kalo gitu aku pergi dulu” Cowok itu berpamitan, aku mencoba menahannya.
        “Tunggu dulu!”
        “Ada apa lagi?”
        “Aku belum tahu namamu”
        “Panggil aja aku Rain”
        “Ngawur!”

     “Namaku Takeshi, tapi aku lebih suka dipanggil Rain” Katanya sambil menuruni balkonku dengan lincah. Pilar besar yang ada di bawah balkonku memang kelihatannya sangat mudah dipanjat, aku jadi penasaran untuk ikut mencobanya…
        “Hei apa yang kamu lakuin?”
        “Ngikutin kamu sekaligus buktiin ucapanmu”
        “Dasar cewek bego! Nanti kamu jatuh”
        “Aku nggak bego, dan aku nggak jatuh!” Kataku puas setelah nyampe di bawah.  Cowok itu tersenyum,
        “Aku suka hujan”
        “Karena apa?”
        “Karena hujan membuatku bahagia, lepas dari nenek sihir berseragam putih yang selalu aja rewel ngurusin obat dan makananku, bikin aku tambah sakit aja. Selain itu aku pingin mencari putri hujan”
        “Putri hujan? Memang ada? Ngawur! Tapi ngomong-ngomong kamu sakit apa?” Tiba-tiba aku jadi parno… jangan-jangan si Rain lagi sakit parah dan tinggal nunggu hari doang,
        “Ada deh!” Katanya sambil tersenyum
        “Sok misterius”
        “Gini aja, kamu jenguk aku besok…”
        “Di mana?”
        “Rumah sakit Budi Agung, paviliun Kenanga… kamar Satu” Katanya sambil berlari dan memanjat pagar.  Sepertinya dia benar-benar terlatih, bahaya kalau jadi maling!


Sepulang sekolah aku mengajak Nadia untuk menjenguk Rain. Cewek centil itu penasaran dengan cerita-ceritaku tentang Rain, si cowok hujan. Aku kaget ketika melihat Hiro keluar dari kamar yang aku tuju
        “Hiro? Ngapain kamu di sini?” Nadia berteriak, segera kubekap mulutnya,
        “Ini rumah sakit! Bukan Mal”
        “Ops, sorry… aku kelepasan” Nadia cengengesan
        “Kalian ngapain di sini?” Hiro balik nanya,
        “Mau jenguk teman, kamu ngapain di sini?”
        “Jagain sepupuku”
        “Di kamar ini?”
        “Yup!”
        “Namanya Takeshi?” Tanyaku,
        “Kok tau?”
        “Emang dia sakit apa?” Aku balik nanya,
        “Tuh anak kebanyakan makan yang pedes-pedes pas acara kemaren, jadi  kena usus buntu sama diare dan besok mau dioperasi” Ujar Hiro polos. Nadia tak bisa menahan tawanya. Rain, si cowok hujan nongol di balik pintu sambil cengengesan
        ‘Terus… Ngapain pake mutusin teru-teru bozu tengah malam? Hujan-hujanan lagi… nggak takut sakitnya tambah parah?” Aku bertanya pada Rain.


   “Kalo hujan, suster-suster pada malas ngecek pasien, aku bisa kabur deh. Tapi kemaren Si Hiro cerita kalo kamu masang teru-teru bozu, makanya kemaren aku nekat ke rumahmu buat mutusin tali penggantungnya… biar hujan turun! Untung aja aku jago climbing” Rain nyengir.  Dasar cowok iseng, aku menggerutu dalam hati.
        “Tapi aku bersyukur bisa ketemu kamu malam ini” Ujarnya lagi
        “Kenapa?” Tanyaku
        “Karena  ketika melihatmu, aku merasa sudah menemukan putri hujan yang aku cari selama ini”
        “Maksudmu?”
        “Maksudku, kamu mau nggak jadi pacarku?” Rain berlutut di depanku.  Aku memandangi Nadia dan Hiro yang berdiri melihatku sambil tersenyum,
        “Jawab dong Mil” Teriak Nadia.
        “Sst… Ini Rumah sakit, bego!”
        “Makanya cepetan jawab”


        “Iya deh, asal kamu nggak hujan-hujanan lagi” Jawabku. Rain tersenyum, pipinya memerah. Tiba-tiba terdengar suara aneh yang diikuti sama bau yang aneh juga.
        “Sorry tuan putri… Kayaknya pangeran mesti ke belakang” Rain ngacir ke WC sambil memegangi perutnya, Dasar cowok sableng!”

Oleh Rahmi Pratiwie